Saat ada dua buah jalan di depan kita, pasti lah hanya satu yang akan di lalui. Ya, pasti! Karena tak akan mungkin kita melaluinya sekaligus. Ya secara, badan cuma satu masak mau dibelah dua.
Dua jalan itu, sebelah kiri tertulis di papan hijau dengan huruf putih JL.IDEALIS & jalan yang kanan tertulis JL.REALISTIS dengan warna & bentuk tulisan yang identik.
8 tahun yang lalu, berat saat harus kuputuskan untuk memilih jalan yang sebelah kanan. Ya, menjadi realistis untuk sebuah cita-cita (idealis) terasa sangat menyakitkan.
Menyakitkan saat gerbang cita-cita sudah nyaris di depan mata, tinggal kaki melangkah masuk.
Saat memutuskan untuk melanjutkan studi ke perguruan tinggi, jalan idealis itu terhambat dengan BIAYA.
Ya, saat ku dinyatakan diterima dalam Ujian Masuk UGM 2003 pada jurusan Ilmu Sosiatri pada saat itu juga hatiku mencelos. Aku bingung apakah aku bahagia ataukah harus sedih.
Aku tahu, aku sadar diterima di jurusan apapun di UGM aku ga bakalan kuat bayar. Bayar pake apa coba? Kalo tetep maksa juga, bisa jual tanah deh, tanah tetangga he he. Itupun kalo ada yg mau beli & cukup buat bayar. melas banget ya guys!
Uang Pangkal, BOP, SPMA & sederet rincian biaya semakin menyesakkan. Padahal jumlahnya waktu itu di tahun 2003 hanya sebesar 1,3juta. Ya kalo ga ada uangnya ga masalah. Lah ini, emang mau bayar pake apa.
Minjem, ya klo bisa balikin. Nyolong, dosa tau! No money, nodong. Podho wae, sami mawon. Yo wis lah untuk jalan idealis ini akhirnya aku menyerah, lebih tepatnya terpaksa untuk menyerah. "Eh, ga ada yang maksa kamu", kata si keadaan seperti mencibirku dengan pbbbrrrttt-nya. Padahal jelas-jelas tu si keadaan yang jadi biang keroknya.
Udah ah, bukan waktunya menyalahkan. lagian siapa yang bakalan jamin kamu sukses jika jadi anggota ASU alias anak sospol UGM. Ga ada kan? Ya sudah sih terima saja. Toh masih ada kesempatan kedua, ketiga, keempat, kelima, keenam, ketujuh.
Akhirnya, say good bye to ilmu sosiatri. Ku akan mengenangmu selalu, saat ku tatap lekat surat penerimaan yang berkop hot-stamp emas itu (masih tersimpan rapi sampai sekarang, meskipun sudah expired).
Aku menyerah bukan tanpa usaha, sudah kucoba menghubungi seorang bapak yg sebelumnya pernah ke sekolah & presentasi beasiswa anugrah -beasiswa tahun pertama kuliah. Ada secercah harapan. Setidaknya biaya tahun pertama akan terbantu. Apa hasilnya?
Pupus. Sudah. Pupus sudah. Ternyata program beasiswa itu sudah tidak ada lagi. Kasian deh gw! @##% pletak, seperti kena ketapel aja.
Berganti program & sistem baru. Menjadi beasiswa etos, & hanya untuk jurusan yang prospek (versi mana ku tak tau) & yang pasti jurusan sosiatri tidak masuk ke dalamnya. So, what will I do next?
Yup plan B, harus dapat ini beasiswa. Banting stir deh, jadi oportunis. Nah kalo mau dapat beasiswanya mesti penuhi syaratnya. Aku harus kuliah apa pun jurusannya, asal sesuai direkomendasikan. Ya, apapun. Menakar kemampuan diri & persiapan mepet untuk SPMB. Akhirnya, bismillah.. kupilih salah satu jurusan yang berprospek itu. Setelah sebelumnya menyaring jurusan demi jurusan dengan kriteria sederhana, 1. bukan jurusan di fakultas ekonomi, hukum, 2. kemungkinan biaya praktikum tidak mahal,3. biaya kuliah murah (biar kalo udah ga dpt beasiswa tetep bisa bayar). Proses audisi pun berlangsung. List jurusan dicoret satu-satu. Eng ing eng..
Dan kemudian terpilihlah jurusan Ilmu Administrasi Niaga untuk kupasang sebagai pilihan kedua, pilihan satu tetap psikologi UGM. Masih penasaran ma jurusan ini, karena UM kemaren ga tembus. Maybe a miracle suddenly hit me!
Jurusan dapat, tapi di universitas mana? haloow...
Ada 4 pilihan, 1. Universitas Indonesia, Jakarta? kebayang nih anak kampung culun ke jakarta. Oh, no! D jakarta apa2 mahal. GUGUR. 2. UNPAD, bandung. sebelas dua belas ma jakarta. Mahal & tidak ada famili pula. CORET! 3. UNDIP, semarang. dekat dengan jogja, ada famili tapi tidak dekat atau 4. UNIBRAW, malang. cukup dekat juga, ada famili & lebih dekat krn kakak jg numpang disana. Sip, endingnya akhirnya terpilihlah UNIBRAW sebagai universitas tujuannya.
Jika dirangkai menjadi Jurusan Ilmu Administrasi Niaga Universitas Brawijaya.
Memilih jurusan yang jauh sekali dari Jogja, apa tidak salah. Cost akan tinggi krn harus memikirkan biaya hidup. Lha itu tadi kan sudah dijelaskan. Okey? Ok, lanjuttt.
Di malang, ada famili. Ya setidaknya aku merasa tentram. & jika sudah basah mengapa tidak nyebur sekalian. Sekalian jauh dari rumah, sekalian mati2an. Pantang pulang jika tidak tuai kesuksesan. Ceileh, sok idealis banget. Udah lah yang penting bisa diterima dulu, yg lain diurus belakangan.
FYI, orang tua sempat keberatan aku melanjutkan kuliah. Karena, 1. biaya kuliah mahal, 2. jika berhenti di tengah jalan, takut q jadi stress dan akhirnya jadi penghuni RS Pakem (RSJ ternama di DIY-Jateng).
So, what gitu lho! Orang tua ditaati harus, tapi kalo unt kemajuan kenapa tidak dibuktikan kalo kita bisa. kuncinya OPTIMIS, yakin BISA. Padahal dalam hati agak ciut juga. tapi gengsi ahh, udah kepalang tanggung nekadnya.
Ya, berbekal apply beasiswa etos. pada waktu itu pamfletnya di tempel di depan kantin tengah dekat Aula Katamso. Coba2 siapa tau berhasil.
Ditunggu-ditunggu akhirnya keluar juga pengumuman SPMB, setelah sebelumnya ada pengumuman tes STAN yang tidak tercantum namaku.hiks aku sedih banget, kuliah gratis terlewat.
Dalam hatiku saat itu, kalo SPMB pun tidak diterima ku akan pulang kampung & akan beternak bekicot. Efek membaca buku ternak bekicot, wehew.
Pulang kampung? Ya, pada saat itu aku sedang berada di Malang. Kebetulan seminggu sebelumnya ku mengikuti tes beasiswa jepang di Surabaya. Sekalian ke Malang, sudah dekat hemat ongkos krn kemungkinan tidak akan pernah kesitu lagi.
Tapi rencana Allah sungguh indah, di saat ku merencanakan kepulangan ke Jogja untuk melihat pengumuman di sekolah. Pengumuman online ternyata H-1 sudah dirilis.
Hasilnya, tidak terlalu kaget karena sudah ada hitungan prediksi sebelumnya, diterima di 743446, ya itu kode jurusan Ilmu Administrasi Niaga. Yah, kok diterima sih. Dueeng!
Padahal udah berharap ga diterima & bisa mengulang taun depan. Huuh dasar ya kamu ni manusia ga tau diuntung, diterima kok mengeluh. Padahal itu rejeki. Banyak tuh di luar sana yang kecewa karena ga diterima. Kamu ini! thuk.. thuk... thuk.. kalo malaikat boleh ngomel, pasti aq udah diomelinya waktu itu.
to be continued...